Ilmuwan India di negara bagian Haryana berhasil mengkloning sapi
menggunakan sel dari embrio. India sebelumnya sukses mengkloning sapi,
namun hanya mampu bertahan hidup dalam beberapa pekan saja.
Sapi betina yang diberi nama Garima itu memiliki berat 43 kilogram. Sapi
itu lahir di National Dairy Research Institute di kota Karnal di Utara
India. "Garima sangat sehat dan kami optimis dia akan selamat," kata
direktur institut itu AK Srivastava seperti diberitakan dari koran
Hindu.
India berhasil mengkloning sapi pertama pada Februari, namun mati
karena pneumonia hanya dalam beberapa pekan. Sapi itu dibuat menggunakan
lapisan telinga sapi betina. Ilmuwan mengkloning Garima menggunakan
lapisan foetus menurut aturan kloning tangan kanan, dimana jenis kelamin
anak sapi itu bisa dipilih.
Srivastava mengatakan India memiliki populasi sapi terbesar di dunia
dan kloning bisa meningkatkan persentase binatang unggul dari spesies
itu.
Sebuah pemandangan mengerikan terhampar di hadapannya. Tubuh manusia
dengan anatomi tidak sempurna terkungkung dalam tabung kaca. Tidak hanya
satu, tapi banyak. Semua wajahnya sama persis. Ada lagi onggokan daging
rusak, dengan raut wajah serupa dengan yang sering ia lihat di cermin.
Ellen Ripley tercengang seolah tak percaya. Itu semua adalah hasil
kloning dirinya yang gagal. Lalu ada sebentuk tubuh hancur, sementara
kepalanya reyot, dengan suara parau memohon, "bunuh aku…bunuh aku…!".
Demikian satu adegan dalam film Alien Resurrection, karya sutradara Jean-Pierre Jeunet.
Tidak mustahil pemandangan semacam itu akan terlihat kelak apabila
kloning manusia sudah berhasil dilakukan. Namun tampaknya langkah ke
arah itu sudah tinggal sedikit lagi. Sementara waktu berjalan, berbagai
eksperimen dilakukan para ahli di seluruh penjuru dunia. Stephen Hawking
pernah berujar, "Tidak seorang pun di dunia ini bisa mengontrol apa
yang dilakukan peneliti di laboratoriumnya". Bahkan ilmuwan yang
terkenal dengan teori lubang hitamnya itu mengemukakan bahwa kiamat bisa
terjadi akibat dari kemajuan teknologi yang dilakukan manusia sendiri.
Tujuan Medis
Di penghujung November silam, Advanced Cell Technologies (ACT), sebuah
perusahan bioteknologi mengklaim pihaknya telah berhasil melakukan
kloning terapi manusia. Kendati Michael West, presidennya berargumen
bahwa kloning yang mereka lakukan berupa kloning terapi, bukan kloning
reproduktif, tetap saja mengundang kontroversi banyak pihak.
West memang menyebut bahwa timnya tidak mengkloning embrio manusia,
meski menggunakan sel telur manusia untuk memulainya. Sel telur manusia
akan berkembang menjadi sebuah embrio tanpa tambahan materi genetika
dari sel sperma. Embrio ini akan menjadi induk kloning.
Embrio inilah yang juga dijadikan sumber sel inti yang ditumbuhkan
pada jaringan dan organ tubuh manusia untuk pengobatan penyakit
degeneratif. Penyakit hati, parkinson, dan diabetes yang selama ini
tidak bisa disembuhkan memiliki harapan baru untuk sembuh dengan
ditemukannya metode ini.
Peneliti melaporkan bahwa sel telur yang dipindahkan dari tikus atau
kelinci ke dalam embrio dengan mengubahnya ke bentuk kimiawi sudah
berhasil dilakukan. Tahun 1993 silam teknik ini pernah didemonstasikan
dengan memakai embrio tikus.
Namun eksperimen kloning sel embrio ini bukan tidak mungkin kelak
menghasilkan embrio "manusia baru". Hingga sekarang masih banyak pro dan
kontra seputar kloning, baik itu sekedar kloning terapi terlebih
kloning reproduktif.
Pemerintah AS yang biasa terkenal cukup liberal mengancam akan
menutup laboratorium tempat kloning dilakukan. Hal ini sungguh
mengecewakan para ilmuwan yang tengah gencar dengan eksperimennya.
Menurut West, jika benar melalui senat, pemerintah AS menghentikan
percobaan kloning mereka maka itu sama saja dengan mematikan harapan
3000 orang seharinya yang menderita penyakit degeneratif.
Sejumlah
penyakit degeneratif diyakini bisa disembuhkan dengan menggunakan metode
kloning terapi. Dengan argumen itulah ilmuwan di ACT melanjutkan
eksperimen.
Ditambah dengan usaha kloning reproduktif yang dilakukan Severino
Antinori dan Panos Zavos asal Italia. Kedua spesialis fertilisasi ini
mengemukakan argumen lain lagi.
"Kami tengah berusaha membantu 200
pasangan suami istri yang tidak dapat mendapatkan keturunan. Setelah
semua usaha dilakukan, akhirnya kloning adalah satu-satunya harapan
mereka," demikian alasan Zavos, mantan peneliti di University of
Kentucky.
Dalam proyek eksperimen ini, ia dibantu Severino Antinori, seorang
dokter yang terkenal pada 1994 berhasil membuat seorang perempuan usia
62 tahun hamil dan mempunyai keturunan sehat.
Dalam percobaan itu
mereka menggunakan teknik transfer sel inti Direct Nucleid Acid (DNA)
dari sel hidup ke dalam sel telur manusia untuk menghasilkan embrio
manusia. Tentu saja DNA tersebut ditanamkan ke rahim perempuan. Menurut
Javoz, kloning manusia tidak perlu diributkan sebab itu merupakan bagian
dari evolusi manusia.
Menjadi Trend
Memang sejak kloning pertama dilakukan, berbagai kontroversi datang dari
banyak kalangan. Pecinta lingkungan, kaum agamawan, kaum konservatif
hingga yang menamakan dirinya kelompok pecinta kehidupan, menganggap
kloning adalah tindakan melawan hukum alam yang harus dihentikan.
Keberhasilan ilmuwan asal Roslin Institute, Edinburgh, Ian Wilmut
melakukan kloning domba Dolly pada 1997 sempat mengejutkan dunia.
Sebagian pihak menilainya sebagai suatu kemajuan di bidang bioteknologi
yang luar biasa. Sementara pihak lain mengecam bahwa eksperimen itu
adalah awal dari kehancuran dunia, di mana ilmu pengetahuan dianggap
telah memorakporandakan rahasia alam.
Eksperimen kloning Dolly sebenarnya sudah dilakukan sejak 1996 dan baru dipublikasikan pada tahun selanjutnya.
Wilmut adalah seorang ahli embriologi kelahiran Hampton Lucey,
Inggris. Tahun 1971 ia mendapatkan gelar Ph.D pada bidang enginering
genetika hewan di Darwin College of University of Cambridge. Pada 1974
Wilmut bergabung dengan Animal Research Breeding Station di Skotlandia
yang kini populer dengan nama Roslin Institute. Sebetulnya pada 1973
lelaki ini berhasil menciptakan sapi pertama yang lahir dari embrio
beku, yang diberi nama Frosty. Sejak keberhasilan kloning domba Dolly,
negara-negara lain seperti Prancis, Jerman, Amerika Serikat bahkan
Jepang tidak ketinggalan ikut melakukan eksperimen kloning hewan.
Setiap negara maju seolah berlomba membuktikan bahwa mereka juga
mampu melakukan eksperimen yang tidak kalah canggih. Kesuksesan kloning
yang sempat dianggap menyalahi takdir akhirnya justru menjadi semacam
mode atau trend di bidang ilmu pengetahuan.
Metode kloning sendiri sebenarnya dibedakan atas tiga tipe. Tipe
pertama yang merupakan perintis adalah kloning embrio. Teknik medis ini
menghasilkan monozigot kembar dua atau kembar tiga. Secara alamiah akan
terjadi duplikat sesuai prosedur kembar.
Satu sel atau lebih akan dihilangkan dari fertilisasi embrio dan
dikembangkan ke satu atau lebih embrio duplikatnya. Kembaran ini
dibentuk dari DNA. Eksperimen ini sudah dilakukan bertahun-tahun pada
banyak spesies hewan, hanya sedikit sekali yang dilakukan terhadap
manusia.
Metode kloning lain adalah kloning DNA dewasa. Teknik ini memproduksi
duplikat hewan. Biasanya digunakan mengkloning domba atau mamalia jenis
lain. DNA dari embrio dihilangkan dan diganti dengan DNA dari hewan
dewasa.
Kemudian embrio ini ditanam ke dalam rahim dan memungkinkan untuk
dikembangkan dalam bentuk hewan baru. Teknik ini tidak pernah
diujicobakan terhadap manusia. Kloning jenis ini sangat potensial untuk
menghasilkan manusia kembaran baru.
Kemudian ada yang disebut kloning terapi, yang kini tengah marak
dibicarakan. Metode ini dilakukan dengan cara memindahan sel batang dari
embrio, untuk kemudian ditransplantasikan kembali ke manusia yang
menyuplai DNA. Embrio ini akan mati dalam proses.
Tujuan dari kloning terapi adalah memproduksi salinan sehat dari
organ tubuh manusia yang ditransplantasi. Teknik ini akan banyak dipakai
dalam menyembuhkan beberapa penyakit degeneratif. Sudah banyak pasien
yang mendaftarkan diri untuk mengikuti metode pengobatan ini.
Kloning Manusia
Sebenarnya ketakutan paling besar dari kloning adalah jika terbentuk
manusia utuh baru dari hasil kloning. Majelis Permusyawaratan AS
didukung oleh Presiden Bush pada Agustus lalu mengumumkan larangan
terhadap segala usaha kloning manusia. Riset kloning hanya diizinkan
untuk menghasilkan koloni sel batang dan ditujukan untuk kepentingan
medis. Anggota senat AS sendiri terbagi atas kelompok yang mengecam
berbagai jenis kloning dan mereka yang setuju adanya kloning dengan
alasan medis.
Ada perbedaan presepsi masyarakat terhadap kloning antara tahun 1997
dengan tahun 2001. Pada 1997, saat kloning pertama berhasil dilakukan,
kantor berita CNN mengadakan survei terhadap warga AS.
Dari 1005
orang, 93 persen di antaranya menganggap bahwa kloning adalah ide yang
buruk, 69 persen menganggap bahwa ada ketakutan akan terjadinya kloning
manusia. Lalu 74 persen dari mereka yakin bahwa kloning manusia sama
saja melawan takdir Tuhan. Hanya 19 persen menganggap tidak.
Tahun 2001 CNN kembali membuat survei. Sekitar 90 persen peserta
survei berpendapat bahwa kloning manusia adalah ide buruk. Sementara 45
persen memperkirakan dalam 10 tahun ke depan akan memungkinkan adanya
kloning manusia. Mereka yang menganggap kloning manusia adalah melawan
takdir Tuhan menurun jumlahnya. Data ini membuktikan bahwa dari waktu ke
waktu manusia berpotensi mengalami perubahan sudut pandang akibat
banyak media yang memberi informasi seputar ilmu pengetahuan.
Ketakutan masyarakat awam terhadap kloning sangat beralasan. Saat
mendengar kata kloning saja, orang terbayang sebuah film horor. Seperti
yang digambarkan dalam film The Boys from Brazil di mana diceritakan
terjadinya kloning terhadap Hitler untuk tujuan jahat. Berbeda dengan
kalangan ilmuwan, masyarakat awam cenderung memandang kloning dari sisi
emosionil, agama dan etika.
Bisnis Besar
Sejak Albert Einstein menemukan teori relativitas, ilmu pengetahuan
selalu bertujuan untuk kepentingan umat manusia. Ratusan, ribuan, bahkan
jutaan laboratorium penelitian didirikan di seluruh penjuru dunia.
Jutaan ilmuwan melakukan berbagai studi. Seperti yang diutarakan Panos
Zavos, kloning hanyalah bagian dari evolusi manusia.
Studi
penelitian kesehatan tidak habisnya berusaha menemukan alternatif
pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit, bagaimana agar manusia
bertahan hidup lebih lama, awet muda, dan seterusnya.
Intinya, pengetahuan dijadikan alat egoisme mahluk bernama Homo sapiens untuk bertahan lebih lama menguasai dunia seisinya.
Segala bentuk kemajuan pengetahuan tersebut terjadi di negara maju.
Yang terlihat jelas dari kemajuan teknologi selama ini tak lain dan tak
bukan adalah sebuah bisnis besar. Dunia tidak ubahnya dengan pasar
raksasa.
Negara maju menjadi pabrik atau manufaktur industri.
Kloning hanya sebuah produk teknologi yang masih digodok Segala
kontroversi seolah menjadi advertorial global.
Bersiap-siap saja
kelak jika kloning manusia berhasil dilakukan, bukan tidak mungkin
negara maju kian berkuasa. Kalau sudah begitu, bagaimana dengan dunia
berkembang seperti Indonesia? Mengikuti trend atau menjadi korban mode?
Pengakuan Panayiotis Zavos yang melakukan kloning manusia dinilai
tidak bermoral dan berbahaya. Ilmuwan menilai, kloning pada manusia
belum aman. Sementara bagi rohaniawan, kloning dinilai menentang
ketentuan Tuhan.
Panayiotis Zavos mengklaim telah mengkloning 14 embrio manusia dan
mencangkokkan 11 di antaranya namun tidak ada yang berhasil. Video
dokumenter yang disiarkan Discovery Channel, menunjukkan Zavos melakukan
prosedur kloning di suatu tempat yang dirahasiakan. Saat ini, kloning
manusia merupakan hal yang melanggar hukum di sejumlah negara.
Pengakuan pakar kemandulan AS itu mendapat kritik pedas. Ia dinilai
oleh ilmuwan lain melakukan praktek tidak etis, yang bisa berujung
kelahiran bayi cacat jika embrio kloning berhasil selamat.
Direktur laboratorium biologi stem cell King College London Dr
Stephen Minger mengatakan, Zavos memang memiliki kemampuan teknik. Namun
keamanan kloning masih belum teruji. Seperti kloning pada domba Dolly
sebenarnya memiliki masalah besar.
"Proses itu, menghasilkan bayi binatang dengan gen abnormal, tingkat
keguguran tinggi bahkan tidak bisa berkembang sama sekali selain
kematian saat kelahiran," katanya, kemarin.
Zavos yang memiliki klinik di AS dan Cyprus dimana ia dilahirkan,
berkilah ingin membantu orang yang ingin melahirkan lagi, anak yang
telah mati. Dia merekayasa embrio berdasarkan darah anak berusia 10
tahun bernama Cady dengan indung telur sapi yang nucleus-nya telah
dibuang. Cady sendiri sudah tewas dalam suatu kecelakaan mobil di AS.
Zavos mengatakan tidak langsung memasukkan embrio hibrid itu ke rahim
manusia. Tapi dia mengambil sel-nya dan memasukkan ke indung telur
manusia. Ia yakin proses itu akan secara aman mengkloning Cady seperti
yang dinginkan orang tuanya.
Justin St John, profesor di University of Warwick mengatakan proses
seperti itu tetap menghasilkan embrio yang memiliki DNA mitochondrial
manusia dan sapi. DNA mitochondrial itu diturunkan oleh ibunya.
"Mitochondria merupakan sumber energi di sel kita. Mengacak DNA
mitochondrial bisa menyebabkan fungsinya tidak maksimal, skenario yang
tidak kami dukung," paparnya.
Zavos pada Januari 2004 mengklaim telah mencangkokkan kloning embrio
manusia ke rahim pasangan yang tidak disebutkan. Zavos diperkirakan
melanjutkan pekerjaannya itu di laboratorium rahasia di Timur Tengah
hingga pengumumannya dua hari lalu.
Pada 2001 dia bersama pakar embrio kontroversial Italia, Severino
Antinori mengumumkan sudah ada 10 wanita yang ingin pencangkokan embrio
kloning. Namun keduanya kemudian berpisah beberapa waktu kemudian.
Pada 2004, Zavos mengklaim telah mencangkokkan embrio kloning ke
seorang wanita berusia 35 tahun. Beberapa pasien Zavos yang mengikuti
program kesuburan di kliniknya mengatakan biaya untuk kloning itu sama
dengan perawatan kesuburan berkisar Rp 700 juta.
Teknologi kloning dimaksudkan untuk menghasilkan spesies yang serupa
dengan donornya. Jika sukses, teknologi itu akan digunakan untuk
mengkloning super star serta bintang cantik Miss Universe. Namun sejauh
ini kloning menunjukkan hasil yang tidak aman.
Kloning berbeda jauh dengan bayi tabung. Saat bayi tabung
dikembangkan pada 1970, penelitian pada binatang telah menunjukkan
teknik itu aman. Sebaliknya semua usaha untuk mengkloning berbagai
spesies binatang, menghasilkan kelahiran yang cacat atau jelek.
"Jika benar Zavos telah melakukan kloning pada manusia, maka dia
menentang larangan universal kloning pada manusia, karena hasil pada
binatang selalu abnormal. Ini hanya salah satu cara mendapat
publisitas," jelas Professor Azim Surani dari University of Cambridge.
Selain itu rohaniawan juga menentang kloning, karena mengacaukan proses
penciptaan makhluk hidup. www.suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Suka sama artikel ini ?
Berikan komentar kamu & Like blog ini.
Page Like, facebook.com/Seputar.Berita.Terbaru
Mohon Bantuannya..
Trims