Sabtu, 04 Februari 2012

Hamparan Pemandangan Mengerikan Gagal Kloning

Ilmuwan India di negara bagian Haryana berhasil mengkloning sapi menggunakan sel dari embrio. India sebelumnya sukses mengkloning sapi, namun hanya mampu bertahan hidup dalam beberapa pekan saja.

Sapi betina yang diberi nama Garima itu memiliki berat 43 kilogram. Sapi itu lahir di National Dairy Research Institute di kota Karnal di Utara India. "Garima sangat sehat dan kami optimis dia akan selamat," kata direktur institut itu AK Srivastava seperti diberitakan dari koran Hindu.



India berhasil mengkloning sapi pertama pada Februari, namun mati karena pneumonia hanya dalam beberapa pekan. Sapi itu dibuat menggunakan lapisan telinga sapi betina. Ilmuwan mengkloning Garima menggunakan lapisan foetus menurut aturan kloning tangan kanan, dimana jenis kelamin anak sapi itu bisa dipilih.
Srivastava mengatakan India memiliki populasi sapi terbesar di dunia dan kloning bisa meningkatkan persentase binatang unggul dari spesies itu.
Sebuah pemandangan mengerikan terhampar di hadapannya. Tubuh manusia dengan anatomi tidak sempurna terkungkung dalam tabung kaca. Tidak hanya satu, tapi banyak. Semua wajahnya sama persis. Ada lagi onggokan daging rusak, dengan raut wajah serupa dengan yang sering ia lihat di cermin. Ellen Ripley tercengang seolah tak percaya. Itu semua adalah hasil kloning dirinya yang gagal. Lalu ada sebentuk tubuh hancur, sementara kepalanya reyot, dengan suara parau memohon, "bunuh aku…bunuh aku…!".
Demikian satu adegan dalam film Alien Resurrection, karya sutradara Jean-Pierre Jeunet.
Tidak mustahil pemandangan semacam itu akan terlihat kelak apabila kloning manusia sudah berhasil dilakukan. Namun tampaknya langkah ke arah itu sudah tinggal sedikit lagi. Sementara waktu berjalan, berbagai eksperimen dilakukan para ahli di seluruh penjuru dunia. Stephen Hawking pernah berujar, "Tidak seorang pun di dunia ini bisa mengontrol apa yang dilakukan peneliti di laboratoriumnya". Bahkan ilmuwan yang terkenal dengan teori lubang hitamnya itu mengemukakan bahwa kiamat bisa terjadi akibat dari kemajuan teknologi yang dilakukan manusia sendiri.

Tujuan Medis
Di penghujung November silam, Advanced Cell Technologies (ACT), sebuah perusahan bioteknologi mengklaim pihaknya telah berhasil melakukan kloning terapi manusia. Kendati Michael West, presidennya berargumen bahwa kloning yang mereka lakukan berupa kloning terapi, bukan kloning reproduktif, tetap saja mengundang kontroversi banyak pihak.
West memang menyebut bahwa timnya tidak mengkloning embrio manusia, meski menggunakan sel telur manusia untuk memulainya. Sel telur manusia akan berkembang menjadi sebuah embrio tanpa tambahan materi genetika dari sel sperma. Embrio ini akan menjadi induk kloning.
Embrio inilah yang juga dijadikan sumber sel inti yang ditumbuhkan pada jaringan dan organ tubuh manusia untuk pengobatan penyakit degeneratif. Penyakit hati, parkinson, dan diabetes yang selama ini tidak bisa disembuhkan memiliki harapan baru untuk sembuh dengan ditemukannya metode ini.
Peneliti melaporkan bahwa sel telur yang dipindahkan dari tikus atau kelinci ke dalam embrio dengan mengubahnya ke bentuk kimiawi sudah berhasil dilakukan. Tahun 1993 silam teknik ini pernah didemonstasikan dengan memakai embrio tikus.
Namun eksperimen kloning sel embrio ini bukan tidak mungkin kelak menghasilkan embrio "manusia baru". Hingga sekarang masih banyak pro dan kontra seputar kloning, baik itu sekedar kloning terapi terlebih kloning reproduktif.
Pemerintah AS yang biasa terkenal cukup liberal mengancam akan menutup laboratorium tempat kloning dilakukan. Hal ini sungguh mengecewakan para ilmuwan yang tengah gencar dengan eksperimennya.
Menurut West, jika benar melalui senat, pemerintah AS menghentikan percobaan kloning mereka maka itu sama saja dengan mematikan harapan 3000 orang seharinya yang menderita penyakit degeneratif.
Sejumlah penyakit degeneratif diyakini bisa disembuhkan dengan menggunakan metode kloning terapi. Dengan argumen itulah ilmuwan di ACT melanjutkan eksperimen.
Ditambah dengan usaha kloning reproduktif yang dilakukan Severino Antinori dan Panos Zavos asal Italia. Kedua spesialis fertilisasi ini mengemukakan argumen lain lagi.
"Kami tengah berusaha membantu 200 pasangan suami istri yang tidak dapat mendapatkan keturunan. Setelah semua usaha dilakukan, akhirnya kloning adalah satu-satunya harapan mereka," demikian alasan Zavos, mantan peneliti di University of Kentucky.
Dalam proyek eksperimen ini, ia dibantu Severino Antinori, seorang dokter yang terkenal pada 1994 berhasil membuat seorang perempuan usia 62 tahun hamil dan mempunyai keturunan sehat.
Dalam percobaan itu mereka menggunakan teknik transfer sel inti Direct Nucleid Acid (DNA) dari sel hidup ke dalam sel telur manusia untuk menghasilkan embrio manusia. Tentu saja DNA tersebut ditanamkan ke rahim perempuan. Menurut Javoz, kloning manusia tidak perlu diributkan sebab itu merupakan bagian dari evolusi manusia.

Menjadi Trend
Memang sejak kloning pertama dilakukan, berbagai kontroversi datang dari banyak kalangan. Pecinta lingkungan, kaum agamawan, kaum konservatif hingga yang menamakan dirinya kelompok pecinta kehidupan, menganggap kloning adalah tindakan melawan hukum alam yang harus dihentikan.
Keberhasilan ilmuwan asal Roslin Institute, Edinburgh, Ian Wilmut melakukan kloning domba Dolly pada 1997 sempat mengejutkan dunia. Sebagian pihak menilainya sebagai suatu kemajuan di bidang bioteknologi yang luar biasa. Sementara pihak lain mengecam bahwa eksperimen itu adalah awal dari kehancuran dunia, di mana ilmu pengetahuan dianggap telah memorakporandakan rahasia alam.
Eksperimen kloning Dolly sebenarnya sudah dilakukan sejak 1996 dan baru dipublikasikan pada tahun selanjutnya.
Wilmut adalah seorang ahli embriologi kelahiran Hampton Lucey, Inggris. Tahun 1971 ia mendapatkan gelar Ph.D pada bidang enginering genetika hewan di Darwin College of University of Cambridge. Pada 1974 Wilmut bergabung dengan Animal Research Breeding Station di Skotlandia yang kini populer dengan nama Roslin Institute. Sebetulnya pada 1973 lelaki ini berhasil menciptakan sapi pertama yang lahir dari embrio beku, yang diberi nama Frosty. Sejak keberhasilan kloning domba Dolly, negara-negara lain seperti Prancis, Jerman, Amerika Serikat bahkan Jepang tidak ketinggalan ikut melakukan eksperimen kloning hewan.
Setiap negara maju seolah berlomba membuktikan bahwa mereka juga mampu melakukan eksperimen yang tidak kalah canggih. Kesuksesan kloning yang sempat dianggap menyalahi takdir akhirnya justru menjadi semacam mode atau trend di bidang ilmu pengetahuan.
Metode kloning sendiri sebenarnya dibedakan atas tiga tipe. Tipe pertama yang merupakan perintis adalah kloning embrio. Teknik medis ini menghasilkan monozigot kembar dua atau kembar tiga. Secara alamiah akan terjadi duplikat sesuai prosedur kembar.
Satu sel atau lebih akan dihilangkan dari fertilisasi embrio dan dikembangkan ke satu atau lebih embrio duplikatnya. Kembaran ini dibentuk dari DNA. Eksperimen ini sudah dilakukan bertahun-tahun pada banyak spesies hewan, hanya sedikit sekali yang dilakukan terhadap manusia.
Metode kloning lain adalah kloning DNA dewasa. Teknik ini memproduksi duplikat hewan. Biasanya digunakan mengkloning domba atau mamalia jenis lain. DNA dari embrio dihilangkan dan diganti dengan DNA dari hewan dewasa.
Kemudian embrio ini ditanam ke dalam rahim dan memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk hewan baru. Teknik ini tidak pernah diujicobakan terhadap manusia. Kloning jenis ini sangat potensial untuk menghasilkan manusia kembaran baru.
Kemudian ada yang disebut kloning terapi, yang kini tengah marak dibicarakan. Metode ini dilakukan dengan cara memindahan sel batang dari embrio, untuk kemudian ditransplantasikan kembali ke manusia yang menyuplai DNA. Embrio ini akan mati dalam proses.
Tujuan dari kloning terapi adalah memproduksi salinan sehat dari organ tubuh manusia yang ditransplantasi. Teknik ini akan banyak dipakai dalam menyembuhkan beberapa penyakit degeneratif. Sudah banyak pasien yang mendaftarkan diri untuk mengikuti metode pengobatan ini.

Kloning Manusia
Sebenarnya ketakutan paling besar dari kloning adalah jika terbentuk manusia utuh baru dari hasil kloning. Majelis Permusyawaratan AS didukung oleh Presiden Bush pada Agustus lalu mengumumkan larangan terhadap segala usaha kloning manusia. Riset kloning hanya diizinkan untuk menghasilkan koloni sel batang dan ditujukan untuk kepentingan medis. Anggota senat AS sendiri terbagi atas kelompok yang mengecam berbagai jenis kloning dan mereka yang setuju adanya kloning dengan alasan medis.
Ada perbedaan presepsi masyarakat terhadap kloning antara tahun 1997 dengan tahun 2001. Pada 1997, saat kloning pertama berhasil dilakukan, kantor berita CNN mengadakan survei terhadap warga AS.
Dari 1005 orang, 93 persen di antaranya menganggap bahwa kloning adalah ide yang buruk, 69 persen menganggap bahwa ada ketakutan akan terjadinya kloning manusia. Lalu 74 persen dari mereka yakin bahwa kloning manusia sama saja melawan takdir Tuhan. Hanya 19 persen menganggap tidak.
Tahun 2001 CNN kembali membuat survei. Sekitar 90 persen peserta survei berpendapat bahwa kloning manusia adalah ide buruk. Sementara 45 persen memperkirakan dalam 10 tahun ke depan akan memungkinkan adanya kloning manusia. Mereka yang menganggap kloning manusia adalah melawan takdir Tuhan menurun jumlahnya. Data ini membuktikan bahwa dari waktu ke waktu manusia berpotensi mengalami perubahan sudut pandang akibat banyak media yang memberi informasi seputar ilmu pengetahuan.
Ketakutan masyarakat awam terhadap kloning sangat beralasan. Saat mendengar kata kloning saja, orang terbayang sebuah film horor. Seperti yang digambarkan dalam film The Boys from Brazil di mana diceritakan terjadinya kloning terhadap Hitler untuk tujuan jahat. Berbeda dengan kalangan ilmuwan, masyarakat awam cenderung memandang kloning dari sisi emosionil, agama dan etika.

Bisnis Besar
Sejak Albert Einstein menemukan teori relativitas, ilmu pengetahuan selalu bertujuan untuk kepentingan umat manusia. Ratusan, ribuan, bahkan jutaan laboratorium penelitian didirikan di seluruh penjuru dunia. Jutaan ilmuwan melakukan berbagai studi. Seperti yang diutarakan Panos Zavos, kloning hanyalah bagian dari evolusi manusia.
Studi penelitian kesehatan tidak habisnya berusaha menemukan alternatif pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit, bagaimana agar manusia bertahan hidup lebih lama, awet muda, dan seterusnya.
Intinya, pengetahuan dijadikan alat egoisme mahluk bernama Homo sapiens untuk bertahan lebih lama menguasai dunia seisinya.
Segala bentuk kemajuan pengetahuan tersebut terjadi di negara maju. Yang terlihat jelas dari kemajuan teknologi selama ini tak lain dan tak bukan adalah sebuah bisnis besar. Dunia tidak ubahnya dengan pasar raksasa.
Negara maju menjadi pabrik atau manufaktur industri. Kloning hanya sebuah produk teknologi yang masih digodok Segala kontroversi seolah menjadi advertorial global.
Bersiap-siap saja kelak jika kloning manusia berhasil dilakukan, bukan tidak mungkin negara maju kian berkuasa. Kalau sudah begitu, bagaimana dengan dunia berkembang seperti Indonesia? Mengikuti trend atau menjadi korban mode?
Pengakuan Panayiotis Zavos yang melakukan kloning manusia dinilai tidak bermoral dan berbahaya. Ilmuwan menilai, kloning pada manusia belum aman. Sementara bagi rohaniawan, kloning dinilai menentang ketentuan Tuhan.
Panayiotis Zavos mengklaim telah mengkloning 14 embrio manusia dan mencangkokkan 11 di antaranya namun tidak ada yang berhasil. Video dokumenter yang disiarkan Discovery Channel, menunjukkan Zavos melakukan prosedur kloning di suatu tempat yang dirahasiakan. Saat ini, kloning manusia merupakan hal yang melanggar hukum di sejumlah negara.
Pengakuan pakar kemandulan AS itu mendapat kritik pedas. Ia dinilai oleh ilmuwan lain melakukan praktek tidak etis, yang bisa berujung kelahiran bayi cacat jika embrio kloning berhasil selamat.
Direktur laboratorium biologi stem cell King College London Dr Stephen Minger mengatakan, Zavos memang memiliki kemampuan teknik. Namun keamanan kloning masih belum teruji. Seperti kloning pada domba Dolly sebenarnya memiliki masalah besar.
"Proses itu, menghasilkan bayi binatang dengan gen abnormal, tingkat keguguran tinggi bahkan tidak bisa berkembang sama sekali selain kematian saat kelahiran," katanya, kemarin.
Zavos yang memiliki klinik di AS dan Cyprus dimana ia dilahirkan, berkilah ingin membantu orang yang ingin melahirkan lagi, anak yang telah mati. Dia merekayasa embrio berdasarkan darah anak berusia 10 tahun bernama Cady dengan indung telur sapi yang nucleus-nya telah dibuang. Cady sendiri sudah tewas dalam suatu kecelakaan mobil di AS.
Zavos mengatakan tidak langsung memasukkan embrio hibrid itu ke rahim manusia. Tapi dia mengambil sel-nya dan memasukkan ke indung telur manusia. Ia yakin proses itu akan secara aman mengkloning Cady seperti yang dinginkan orang tuanya.
Justin St John, profesor di University of Warwick mengatakan proses seperti itu tetap menghasilkan embrio yang memiliki DNA mitochondrial manusia dan sapi. DNA mitochondrial itu diturunkan oleh ibunya.
"Mitochondria merupakan sumber energi di sel kita. Mengacak DNA mitochondrial bisa menyebabkan fungsinya tidak maksimal, skenario yang tidak kami dukung," paparnya.
Zavos pada Januari 2004 mengklaim telah mencangkokkan kloning embrio manusia ke rahim pasangan yang tidak disebutkan. Zavos diperkirakan melanjutkan pekerjaannya itu di laboratorium rahasia di Timur Tengah hingga pengumumannya dua hari lalu.
Pada 2001 dia bersama pakar embrio kontroversial Italia, Severino Antinori mengumumkan sudah ada 10 wanita yang ingin pencangkokan embrio kloning. Namun keduanya kemudian berpisah beberapa waktu kemudian.
Pada 2004, Zavos mengklaim telah mencangkokkan embrio kloning ke seorang wanita berusia 35 tahun. Beberapa pasien Zavos yang mengikuti program kesuburan di kliniknya mengatakan biaya untuk kloning itu sama dengan perawatan kesuburan berkisar Rp 700 juta.
Teknologi kloning dimaksudkan untuk menghasilkan spesies yang serupa dengan donornya. Jika sukses, teknologi itu akan digunakan untuk mengkloning super star serta bintang cantik Miss Universe. Namun sejauh ini kloning menunjukkan hasil yang tidak aman.
Kloning berbeda jauh dengan bayi tabung. Saat bayi tabung dikembangkan pada 1970, penelitian pada binatang telah menunjukkan teknik itu aman. Sebaliknya semua usaha untuk mengkloning berbagai spesies binatang, menghasilkan kelahiran yang cacat atau jelek.
"Jika benar Zavos telah melakukan kloning pada manusia, maka dia menentang larangan universal kloning pada manusia, karena hasil pada binatang selalu abnormal. Ini hanya salah satu cara mendapat publisitas," jelas Professor Azim Surani dari University of Cambridge. Selain itu rohaniawan juga menentang kloning, karena mengacaukan proses penciptaan makhluk hidup.  www.suaramedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suka sama artikel ini ?
Berikan komentar kamu & Like blog ini.
Page Like, facebook.com/Seputar.Berita.Terbaru
Mohon Bantuannya..
Trims